KELURAHAN MERJOSARI KECAMATAN LOWOKWARU KOTA MALANG
Merjosari merupakan sebuah pemerintahan yang awal keberadaannya berbentuk Desa, masuk dalam wilayah kecamatan dau kabupaten Malang. Pada tahun 1987 Desa Merjosari berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor : 15 Tahun 1987 tentang pembagian wilayah Desa dan kelurahan mengalami perubahan status pemerintahan yang semula Desa menjadi kelurahan di Kota Malang, hingga sekarang dikenal dengan Kelurahan Merjosari.
Penulusuran nama Merjosari dari berbagi sumber :
- Sumber dari prasasti : belum diketumukan yang menyebutkan nama Merjosari secara langsung. Nama Merjosari merupakan nama dukuh waktu itu setelah nama dukuh waktu itu setelah nama Merjoyo. Peta jaman Belanda sekitar Tahun 1916 memuat dua dukuh tersebut ( Merjosari dan Merjoyo ). Merjoyo mengandung arti “ menang “ atau “ mengalahkan “
- Prasasti Sukun : yang diketemukan di malang berangkat Tahun 1160 M jaman Kerajaan Kediri. Menyebut seorang Raja bernama Sri Maharaja “ Sri Jayamerta “. Sejak Jaman Purba nama ini identik dengan nama sungai yang dikeramatkan yaitu Sunagai Metro, yang nama aslinya “ Amertajaya Sri “, artinya Kemenangan yang Cemerlang “ sama dengan arti “ Merjoyo “ yaitu “ Kemenangan “
Pemerintahan Wilayah Merjosari :
- Jaman Kuno : Wilayah Dinoyo – Merjosari – Tlogomas merupakan satu wilayah, yaitu sebagai Pusat Pemerintahan ( Ibu Kota ) Kerjaan Kanjuruhan dengan raja “ Dewa Simba, Gajaya dan Ratu Uttejana.
- Jaman Kerajaan Mataram Kuno : Wilayah Dinoyo – Merjosari _ Tlogomas, menjadi sebuah Keraton bawahan dan bernama “WatakKanuruhan” atau karakaian Kanuruhan, pejabatnya disebut “Rakyan Kanuruhan”. Rakyan Kanuruhan yang pernah menjabat sebagai Raja di Kanuruhan yang dapat diketemukan kembali antara lain : Pu Huntu, Dyah Mamumpung ( mumpung ) dan Pu Uda.
- Jaman Kerajaan Kadiri, Singasari dan Majapahit : Rakyan Kanuruhan suadah tidak beristana di wilayah Dinoyo – Merjosari – Tlogomas, tetapi sudah di tarik ke Pemerintahan Pusat, dibawah pimpinan seorang Akuwu.
- Jama Kerajaan Islam Demak, Pajang dan Mataram Islam Jaman Senapati : Ketiga Wilayah tersebut tidak diketahui pemimpinnya, tetapi pimpinan kerjaan daerah dipindahkan dari Majapahit ke daerah Kota Malang Timur, yaitu daerah Kutho Bedah yang dikenal dengan Kerajaan Sungguruh.
- Jaman Panembahan Senopati Tahun 1591 : Wilayah tiga desa tersebut yang dipimpin pa “Juru“ dimasuki oleh kelompok Prajurit Mataram islam dan diketaui oleh Aji Singomenggolo dari Madiun – Ponorogo, guna merendam masyarakat Malang agar tidak memberontak kepada Mataram Islam. Aji Singomenggolo menjadi petinggi di Dinoyo yang kala itu membawahi Merjosari, Ketawang dan Tlogomas.
- Jaman Sultan Agung tahun 1614 M : Malang dikuasai Kerajaan Mataram Islam, dan terjadi pemindahan besar – besaran antara Rakyat Malang dan Madura. Sementara para Prajurit Matram Islam melakukan Pembinaan dan Sosialisai terhadap Masyarakat Malang untuk merendam gejolak pemberontakan.
- Sejak masa itu banyak desa – desa Brang Wetan diembani dan dipimpin oleh para Prajurit maupun Sentana Kerjaan Mataram Islam dari Jawa Tengah. Dan Pada Umumnya masyarakat menjadikan sosok tersebut orang yang dipundi – pundi (ditaati/diikuti aturan dan perintahnya) sehingga ketika meninggal dunia sosok tersebut masih ditokohkan sebagai “Pepunden”.
- Untuk Wilayah Merjosari : menurut sumber dan makam yang ada di Dukuh Merjoyo, adalah Makam Eyang Djojo Tirto Rojo ( Sosok ini tentunya seorang Prajurit atau Sentana dari Kerajaan Mataram Islam ).
- Pemerintahan Desa berikutnya di Merjosari, adalah diemban oleh seorang “Aris” ( petinggi sekaligus Koordinator Desa ) tang bernama “Abdurrochim”.
- Seiring perjalanan sejarah dan jaman Pemerintahan berikutnya diemban oleh Petinggi “Djojo”, diterukan dan diemban oleh Petinggi Sahat dengan julukan “Karso Oetomo” selanjutnya diemban oleh Petinggi Pairin dengan julukan “Soerjo Atmodjo”.
- Dari Pairin – Soerjo Atmodjo, petinggi berikutnya diemban oleh Darup selaku Carteker, dan Pemerintahan berikutnya diemban oleh Lurah Wari dengan julukan Djojo Pranoto.
- Setelah Pemerintah diemban oelh petinggi Lurah sampai dengan sekarang sebagai berikut :
- Lurah Kabul dengan Julukan Marto Atmodjo
- Lurah Naseri Mas’ud ( 1991 – 1999 )
- Lurah Drs. Abdullah ( 1999 – 2007 )
- Lurah Supriyanto, S.Sos. ( 2007 – 2013 )
- Lurah Drs. Abdullah ( 2013 – 2022 )
- Lurah Tomi Sukarno, S.KM,. M.Ling. ( 2022 – 2023 )
- Lurah Antonio Viera,SE ( 2023 – Sekarang )
Demikian sekilas Sejarah Singkat Merjosari, yang tradisi – budayanya kembali dihidupkan sejak Tahun 2013 diadakan kegiatan Bersih Desa, serta dilaksanakan do”a bersama di Makam Eyang Djojo Tir